Orbit Kepri, Badung | Untuk membahas tentang kemajuan dan inovasi terkini dalam penelitian dan pengobatan bagi pasien penyakit tiroid, The Indonesian Thyroid Association (InaTA) menyelenggarakan Kongres ke-14 Asia and Oceania Thyroid Association (AOTA), di Discovery Kartika Plaza, Badung, Bali, Kamis (23/5/2024). Kongres yang berlangsung dari tanggal 22 hingga 25 Mei 2024 ini, dilakukan untuk memperkuat kolaborasi lintas batas guna meningkatkan perawatan pasien dengan gangguan tiroid.
Kongres yang diikuti lebih dari 70 negara ini menampilkan serangkaian presentasi ilmiah, lokakarya, diskusi panel, dan pameran yang dipersembahkan oleh para ahli terkemuka dalam bidang endokrinologi dan kesehatan tiroid. Selain itu, kongres ini menyatukan para pakar, ilmuwan, dan praktisi medis terkemuka untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan terbaru dalam diagnosis, pengobatan dan manajemen penyakit tiroid.

Sebagaimana dikutip dari portal Kemenkes RI, kanker tiroid adalah salah satu jenis kanker endokrin yang semakin meningkat insidensinya secara global. Meskipun angka mortalitasnya cenderung rendah, prevalensinya yang meningkat menunjukkan pentingnya pemahaman yang lebih mendalam tentang diagnosis dan pengelolaannya. Di tengah kemajuan teknologi medis, terdapat perkembangan baru dalam diagnosis dan terapi kanker tiroid yang menjanjikan, seperti terapi target dan radiasi iodin radioaktif (RAI), serta teknik pencitraan baru dan canggih untuk nodul tiroid.
Penekanan khusus diberikan pada integrasi teknologi biomolekuler dan kecerdasan buatan dalam praktik klinis, menjadikan kongres ini diplatform untuk menggali potensi revolusioner dalam pengobatan penyakit tiroid.
Saat membuka kongres dengan tema ‘Pengembangan Manajemen Tiroid Terpadu : Fokus pada Biomolekul dan Kecerdasan Buatan’, Wakil Menteri (Wamen) Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, berharap melalui konggres ini dapat saling berbagi informasi dan teknologi terbaru dari pengobatan tiroid dan pengalaman-pengalaman yang baik dari negara-negara di Asia dan Oceania. Sehingga diharapkan, bisa memperbaiki sistem pelayanan tiroid yang lebih handal ke depannya.
“Yang paling penting adalah, membuat literasi masyarakat baik tentang gejala awal tiroid, sehingga kelainan kelainan tiroid bisa ditangani dengan lebih dini,” ucapnya.
DR dr Tjokorda Gde Dalem Pemayun, SpPD, KEMD, FINASIM, selaku Presiden InaTA, mengatakan bahwa tujuan utama Kongres AOTA adalah meningkatkan persepsi umum tentang kelenjar tiroid dan masalah-masalahnya berdasarkan pengalaman klinis, perkembangan ilmu tiroid, publikasi penelitian terbaru, kecerdasan buatan dalam kelenjar tiroid dan terobosan dalam terapi kanker tiroid terkini di masa depan.
“Sasaran utama sebagai peserta adalah semua dokter yang mengamati tiroid, baik dokter umum yang melayani di garis depan layanan kesehatan tiroid dalam masyarakat, maupun dokter konsultan tiroid multidisiplin, yang bekerja di pusat-pusat pendidikan medis serta pusat-pusat penelitian biomolekuler sebagai penelitian klinis dan epidemiologi,” ungkapnya.
Salah satu sorotan utama dari kongres ini adalah eksplorasi terkini mengenai penerapan biomolekuler dan kecerdasan buatan dalam diagnosis dini, pemilihan terapi yang tepat, dan pemantauan penyakit tiroid. Para ahli telah membagikan penelitian dan pengalaman mereka dalam mengintegrasikan data genomik, proteomik, dan metabolomik untuk membentuk pendekatan personalisasi yang lebih efektif dalam manajemen tiroid.
Dr Won Bae Kim, PhD, Presiden The 14th Congress Asia and Oceania Thyroid Association, mengungkapkan bahwa sejumlah ahli tiroid dari berbagai negara di Asia akan berkumpul untuk bertukar pengetahuan ilmiah dan membangun jaringan yang kuat satu sama lain.
“Selain itu, kongres ini juga tentang mengumpulkan para dokter muda dan ilmuwan, untuk belajar dan mempresentasikan karya mereka,” pungkasnya. (*)
BK
Bali portal news, Bali prawara
Editor: Andri Sofian